بسم الله الرحمن الرحيم
Resep pulang kampung jangan banyak mengkritik. Inilah sebuah nasehat yang diberikan oleh Tgk Imum disebuah kampung kepada saya.
Kritik tidak sah salat gara-gara ini, tidak sah itu gara-gara itu, tidak sah kamu gara-gara ini. Dan tidak sah dia gara-gara itu. Pokoknya jangan banyak mengkritik!.
Wah, gawat ya kehidupan di kampung. Inilah kampung. Gawat-gawat tetap itu kampung kita. Desa kita. Dan tempat kita singgahi setelah keluar dari menuntut ilmu. Mengabdi untuk masyarakat dan meninggikan agama yang haq.
Disinilah letak kesabaran kita sebagai orang yang mengerti sedikit hukum agama bila dibandingkan dengan orang lain. Tetapi bukan berarti sudah ahli. Tetap kita masih butuh bimbingan dan ilmu. Apalagi ilmu dalam menghadapi kehidupan di masyarakat.
Perlu di garis bawahi. Orang tidak suka di kritik. Apalagi yang kita kritik merupakan salah satu tokoh dikampung itu. Juga paling fatal adalah mengkritik di depan umum. Kemana mau dikemanakan muka orang yang kita kritik?.
Subhanallah. Maha suci Allah yang telah menjadikan Nabi Muhammad Sebagai contoh bagi kita. Suri tauladan kehidupan rasulullah yang tidak pernah menyakiti hati para sahabatnya. Tidak pernah mengkritik yang membuat para sahabat malu bahkan marah.
***
Ghurur bisa terjadi pada siapa saja. Orang yang salah bisa menjadi ghurur gara-gara tidak menerima masukan yang baik. Diajarkan baginya bersuci, namun malah menolak. Diajarkan baginya untuk berpakaian yang menutup aurat, namun tidak mau mendengar nasehat tersebut. Alasanya simple saja: anak kecil jangan urus urusan orang tua.
Pemberi nasehatpun tidak luput dari sikap ghurur. Karena ini merupakan hembusan syaitan yang tidak mungkin dapat di jauhi bila tanpa ilmu agama dan petunjuk guru. Sehingga seolah berpikir bahwa apa yang kita ajarkan betul. Dan kita dalam keadaan betul. Sehingga memandang kepada orang lain dengan sebelah mata kesalahan.
***
Ingat cerita Lukmanul Hakim bersama anaknya?.
Tidak pernah ada yang betul. Selalu saja salah. Itulah dunia. Naik keledai berdua dikatakan tidak punya otak karena beban dua orang terlalu berat untuk satu ekor keledai. Naik anak dibilang juga, anak tidak beradap. Naik ayah dibilang tidak sayang kepada anak. Tidak naik pun juga di kritik; tidak memamfaatkan sarana yang telah ada.
***
Tetapi, kejadian mengkritik dikampung tentang hukum agama. Jadi orang awam pantang dikritik dengan hukum yang sebenarnya. Kecuali Cuma beberapa orang yang ingin merubah kepada kebaikan. Makanya harus tau cara mengkritik dulu baru bisa pulang kampung. Kalau tidak maka perlu dipersiapakan. Kesempatan tidak akan datang untuk kedua kalinya.
Semoga lidah kita terpelihara dari keburukan. Semoga kita bisa menjaga dari mengkritik yang tidak sehat. Dan juga semoga kita bisa menerima kritikan orang lain kepada kita. Amin Ya Rabbal A’lamin.
Wallahu A’lam Bis Sawab.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Kritikan Kearah Kebaikan"
Posting Komentar