بسم الله الرحمن الرحيم
Ketika kita mendengarkan nadham ini dikumandangkan selepas sembahyang sebagai wirit sangat terasa betapa indahnya nazam ini. Alunannya sangat merdu sehingga membuat hati kita syahdu kala mendengarkan. Telinga yang sedang bengkak terobati oleh bunyi syair yang indah. Suara yang serak tidak lagi terasa karena sudah di lapisi oleh kemerduan orang yang melantunkannya. Sedangkan hati yang kotor ter_cleaning dengan mendengarkan syair Arab yang memuji Nabi tersebut.
Seandainya di bacakan kepada orang yang sakit maka, Insya Allah sakitnya sembuh. Pernahkan kita sadari bahwa obat ada di samping kita sendiri, dalam ajaran islam, bahkan dalam wirit yang sudah agak terlupakan bagi sebahagian orang. Amalan ibadah bukan hanya sembahyang, puasa, dan naik haji saja. Melantunkan pujian kepada Nabi juga mengandung nilai ibadah yang sangat mulia. Dengan membacanya mengingatkan kita bagaimana ciri dan karakter dari Nabi yang tidak di miliki oleh orang sekarang. Lantunan syair ini maka menjadi obat bagi hati yang luka. Penyejuk bagi sukma yang gila.
Nazam ini merupakan sekumpulan Nazam yang dikarang oleh orang Alim dahulu untuk penangkal di dalam hati. Kegiatan itu tidak ada di dalam diri yang gersang agama. Keautentikannya tidak perlu di ragukan lagi. Betapa hebatnya pengarang Nazam ini. Kehebatan beliau bukan hanya sebatas mengarang saja. Tapi bisa di mamfaatkan oleh semua kalangan. Racikan harufnya melebihi dari peracik bom nuklir. Tidak pernah kelebihan dosis sehingga mengakibatkan infeksi pada penyakit yang di alami.
Selaku umat islam sepatutnya kita menjadi orang yang mengenal sifat nabi yang mulia. Pemain bola yang notabenenya bukan orang yang patut di kenal tapi sudah saking melekatnya di kepala. Tak pantas orang yang mesti diikuti tapi tidak di kenal. Kalau pergi ke Banda Aceh tapi tidak kenal bus mana yang menuju kesana nyatalah bahwa mustahil akan sampai ke kota raja ini.
Pada bait pertama nazam ini di jelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw tidak pernah bermimpi.
Dengan orang yang baik di perlukan sebuah hal yang baik dan berpengalaman. Dengan kebaikan ini tidak mendapatkan sebuah kerja yang nyata dalam islam. Nabi kita adalah junjungan kita. Nabi kita sedang menunggu kita bersalawat.
Manusia sekarang lebih tau nyanyian-nyanyian pop saja. Sedangkan kalau di adakan kontes menyambung judul nasyid dan zikir tidak mampu. Perlukah kontes ini di adakan sekarang?
Untuk mencoba kesanggupan kita sekarang kita boleh melakukan sebuah trik baru. Menanyakan dan menyuruh mereka untuk melantunakan sebuah lagu yang berkenaaan dengan pujian kepada baginda Rasulullah saw. Dengan pasti dapat di tebak kalau di buat dalam angka statistik maka mungkin akan menunjukkan kepada arah yang sangat menyedihkan. Betapa pentingnya mengatasi diri untuk menjadi manusia yang di senangi Nabi.
Artikel keren lainnya:
3 Tanggapan untuk "Nazam lam yahtalim"
ass.wr.wb.,
boleh minta lirik lam yahtalim..
terima kasih,
tri.
nice note tgk, tq.
thx,,,
.....
friend....
Posting Komentar