بسم الله الرحمن الرحيم
Ada seorang anak bertanya pada gurunya, Tgk, apa yang menjadi kehebatan kitab mahalli?.
Maka sang gurupun menjawab, banyak sekali?. Kamu akan merasakan sendiri bagaimana tingginya surah dalam kitab itu saat kamu mengaji nanti.
Bagaimana ya?.. gumannya dalam hati.
***
Waktupun berlalu, setahun demi tahun dia belajar di dayah. Kitab pelajaran pertama pun berganti sudah. Dulunya ketika sampai didayah pertama kali mengaji kitab Matan Takrib. Dilanjutkan dengan kitab Al-Bajuri. Dikelas 3 mengaji kitab Ianathut Thalibin dan akhirnya setelah dua tahun mengaji kitab karangan Syekh Zainuddin AL-Malibari tibalah kepada kitab yang pernah ditanyakan dulu kepada Sang guru. Itulah kitab mahalli.
>>>
Berbagai suasana telah dilalui saat belajar kitab-kitab fikah di dayah. Ada yang sukar dan ada juga yang mudah. Ada yang perlu ditakdirkan surah dan ada juga yang tidak perlu ditakdirkan matan lain. Dari pahit getirnya hidup dalam suasana belajar ternyata paling gentar dilalui adalah mengaji kitab mahalli.
Nyatalah sudah bagi sianak ini sulitnya kitab mahalli. Dia selalu berdoa selesai sembahyang. Berdoa supaya dimudahkan kitab mahalli baginya. Diberikan kekuatan untuk berpikir dalam menguraikan kitab monumental karangan imam Jalaluddin Al-Mahalli ini.
Melalui kitab mahalli tidak semudah melalui jembatan ancol. Tidak semudah menepi dipinggir jalan juga tidak seringan membawa sekarung kapas. Benar-benar sukar. Seperti kata gurunya dulu sangat mengaji.
Namun kadang ada enaknya juga. Bila dalam satu masalah disebutkan ilat dan dalil dengan sangat gamblang. Cuma tinggal menjabarkan saja sesuai dengan kemampuan yang telah didapatkan diwaktu ketika mengaji dulu.
Allah maha bijaksana dalam mengatur segala hamba-hambanya. Sekarang ini anak tesebut mesti maju melangkah mengembangkan potensinya dalam mengembangkan surah kitab Al-Mahalli ini. Dia teringat kalau dikampung jarang sekali orang yang mempelajari kitab ini. Bukan sok, bukan juga takabbur. Namun ini adalah realita yang terjadi sekarang dikampungnya. Tidak ada yang mengaji bahkan kitabpun kadang tidak ada. Sedih ya, gumannya dalam hati__lagi!.
<<<
Dia sangat merasakan ketika ada pendapat “Kill” didalam kitab yang mempunyai 4 jilid ini. Pendapat lemah tersebut mengetengahkan tentang berkumur-kumur dan istinsyak dalam wudhu’ dengan satu cekungan air. Apakah kamu menerimanya?. Kata Sang guru.
Sulit saya terima guru, karena satu cekungan air itu tidak mungkin cukup untuk istinsya’ dan Muzmazah. Katanya tegas.
Nah, begitulah pendapat zaef. Sangat lemah sehingga bukan hanya tidak ada dalil hadist yang saheh. Melainkan juga logika manusia tidak menerimannya.
[*]
Artikel keren lainnya:
1 Tanggapan untuk "Indahnya Mengaji Kitab Mahalli"
bukannya pendapat adhar yang mengatakan satu cekukan untuk tiga kali madmadhah dan instinsyak yang beriiring?
Posting Komentar