بسم الله الرحمن الرحيم
Imam mujtahit merupakan penggali hukum dari Al-Qur’an dan Hadist. Jadi apa yang dihasilkan dari ijtihat menjadi kuat. Walaupun ada pendapat para ashabil wujuh yang berbeda dan walaupun pendapat ashabil wujuh lebih kuat. Perbedaan ini dikenal dengan Kuat min haisu dalil dan beramal min haisu mazhab.
Perlu diingat nasehat Abu:
”Ashabil wujuh yang berbeda pendapat dengan Imam tetap zaef. Kecuali ’neudeng’ pada pendapat imam mujtahit yang lain.”
Contohnya:
- Muzani: Anak boleh jadi wali bagi ibunya (seperti pendapat Imam mujtahit yang 3). Tetapi imam syafi’i tidak membolehkan. Karena tidak berkongsi antara ibu dan anak pada nasab. Seperti: [manok karoem boh kleung].
- Al-Ghazali: Tidak ada air musta’mal
- Kuffal: boleh jum’at Cuma 12 orang jamaah.
Pendapat ini merupakan pendapat yang bertentangan dengan mazhab. Jadi kita tidak boleh beramal dengan pendapat zaef. Tetap wajib beramal dengan pendapat imam mazhab.
Contohnya:
Kita berada dalam satu rumah. Ayah melarang kita untuk pergi main bola. Tetapi badan kita sakit bila tidak main bola. Kita ingin main bola. Tetapi karena ayah melarang main bola maka yang kita amal adalah larangan ayah. Jangan main bola. Walaupun ketika tidak main bola tubuh akan sakitan.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Pendapat Ashabil Wujuh"
Posting Komentar