بسم الله الرحمن الرحيم
Ingin diperhatikan, itulah sifat manusia. Sehingga kadang dalam keadaan ini manusia menilai dirinya mempunyai sebuah nilai yang bagus—karena ada harta, tahta dan wanita. Padalah nilai, disisi__Nya bukan disisi__nya.
Orang yang berilmu adalah: orang yang mengerti. Apanya yang dimengerti?. Mengerti akan perkataan Allah swt: ”Aku punya nilai kepada kamu selama kamu tidak menilai dirimu, tetapi jika kamu nilai diri sendiri maka Aku tidak akan menilaimu lagi.” [Ihya 4, Hal 154].
Dengan adanya ilmu dapat mengangkat harkat dan martabat manusia. Ilmu bisa menjadi bayangan bagi diri manusia. Ilmu juga merupakan hal yang baik yang dapat diharapkan oleh manusia. Dengan kata lain ilmu menjadi batu loncatan untuk menjadi tawadhu dan takabur seseorang.
Ingatlah kita kepada kisah Abi Zar[seorang sahabat nabi yang sangat Tawadhu.]. pada suatu hari beliau bersama Nabi. Ditempat itu juga ada seseorang. Maka, Abi Zar memangil orang tersebut dengan warnanya__”hai klengg.” Nabi menegur: ”Bek habeh-habeh that takheun kegop. Itam mengen puteh hana leubeh selaian yang bertakwa.”
Abi zar langsung insaf. Beliau berbaring dan mengatakan kepada orang yang telah dipangilnya ”klengg” untuk menapaki dipipinya. Ini menandakan taubat nasuhanya secara langsung dihadapan nabi.
”Sahabat mangat, pajan saket na obat. Pajan salah langsong taubat. Sedangkan menyoe tanyo: jeumet mita ubat tapi hana jeumeet pajoh ubat.” Ujar Abu.
Nabi Bersabda: ”seseorang berbangga diri dihadapan Nabi Musa. Dia menyebutkan dirinya anak orang mulia. Disebutkannya kakek-kakennya hingga 9 keturunan. Maka Allah mengwahyukan kepada Nabi Musa: katakanlah bahwa orang itu mengagung-agungkan 9 orang ahli neraka. Dan dia orang yang kesepuluh.”
***
Rabu, 27-4-2011
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Rajin Mencari Obat tetapi Malas Berobat"
Posting Komentar