بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam hadih maja Abunek dahulu kala berbunyi: “liwaul hamdi payong Muhammad kalimah meusurat ban saboh banja.” Hadis maja ini menyatakan liwaul hamdi adalah sebuah payung. Bagaimanakah payung itu sebenarnya?. Apakah seperti ‘umbrella’ dizaman sekarang ini?.
Ditanyakan kepada nabi tantang perkara Liwaul Hamdi ini[hakikat, panjang dan lebar]. maka, Beliaupun menjawab:”panjangnya seribu tahun perjalanan. Lebarnya antara langit dan bumi. Gigi pengikatnya dari permata merah. Tiangnya dari perak putih dan mutiara yang hijau. Dibawahnya ada tiga buah kaki dari nur. Di masyrik, dipertengah bumi dan di Maghrib. Dikaki tertulis 3 kalimat; basmallah, Alhamdulilah, dan lailahaillah muhammadur rasulullah. Panjang tiap-tiap baris seribu tahun berjalan. Disekitar tiang ada 70 ribu bendera. Dibawahnya ada 70 ribu saf malaikat. Tiap saf berjumlah 500 ribu malaikat yang bertasbih dan memuji Allah swt.”
Ini merupakan sebuah hikayah dari pada Nabi Muhammad saw. kita wajib mempercayainya. Dan ini merupakan sebuah kepercayaan terhadap hal gaib. Dalam menjalani kehidupan sekarang ini hal ghaib ada yang perlu dipercaya dan ada yang tidak. Seperti inilah yang perlu diyakini keberadaannya. Berbeda dengan para peramal otozizak. Disitu tidak diharuskan untuk mempercayainya.
Orang Aceh zaman dahulu telah merangkaikan hadis maja. Hadis itu punya sumber yang kuat dalam islam. Maka ketika hadis maja dibacakan terhentaklah kekuatan batin orang yang mendengarkannya. Seolah hadis maja itu hidup dan mempengaruhi pikiran orang yang mendengarkannya untuk meyakini akan kebesaran Allah swt.
Dizaman sekarang lain lagi. Dizaman ’paceklik’ ilmu pengetahuan agama ini jarang kita dengarkan hadis maja. Sudah jarang orang yang mau memikirkan pola-pola agama yang benar. Semua orang sibuk mencari untung untuk dirinya sendiri. Sehingga sejarah-sejarah dimasa rasulullah telah ditinggalkan begitu saja. Didesa sibuk dengan persawahan, dikota sibuk dengan mengisi diri diperkantoran.
Semangat yang ditanamkan oleh penulis-penulis dikoran hanya berlatar belakang keduniawian. Untuk sifatnya ukhrawiah sudah jarang ditemukan. Padahal kehidupan manusia merupakan contoh untuk alam ghaib sesudahnya. Sepertinya bendera ’liwaul hamdi’ merupakan bendera yang ada dihadapan Nabi kelak—dihari kiamat. Bendera itu merupakan bendera yang menjadi tanda bahwa dibelakannya ada kaum mu’min.
Semua manusia yang beriman kepada Allah swt berada dibelakang berdera raksasa tersebut. Nabi sebagai imam sedangkan manusia lain sebagai makmum. Semua manusia berada langsung disamping tiang liwaul hamdi. Mu’min tersebut mulai dari masa Nabi Adam a.s hingga hari kiamat kelak.
Dapat dibayangkan bagaimana penuhnya kaum muslimin kelak. Juga dapat dibayangkan bagaimana raksasanya liwaul hamdi tersebut. Itu semua adalah kekuasaan Allah swt. Hanya Allah yang tahu bagaimana pembuatannya dan dimana ditancapkannya.
Ketika hari kiamat datang bumi ini dirubah dengan bentuk yang lain. Manusia dihimpunkan merapat diatas bumi yang putih terbuat dari perak. Sementara mata hari dengan kepala sejengkal. Panas matahari menumbuhkan keringat dibadan manusia yang dipanggang oleh panasnya bumi perak pijak.
Saat itulah manusia sudah tau diri. Sudah merasakan rugi didunia ini tidak mengetahui ilmu agama. Sudah ingin lagi kembali kedunia untuk beribadah kepada Allah swt. Tetapi saat itu Cuma sia-sia belaka. Nasi sudah menjadi bubur. Yang lalu tidak akan kembali lagi. Disana penyesalan yang menanti.
Liwaul hamdi berada di atas segala langit. Selain bendera liwaul hamdi ada 7 bendera lagi yang diketuai oleh para sahabat nabi, yaitu:
1. Liwaul Sidki—Abu Bakar Siddiq r.a : Kaum Siddiqin
2. Liwaul Fukahai—Mu’ad Bin Jabal r.a : Kaum ulama fiqah
3. Liwaul Zuhdi—Abi Zar r.a : Kaum orang zuhuz
4. Liwaul Syuhadai—Ali Bin Abu Thalib r.a : Kaum Syuhada agama
5. Liwaul Qurrai—Ubai Bin Kaab r.a : Kaum yang Qari
6. Liwaul Muazzinin—Bilal Bin Rabbah r.a : Kaum peng-azan
7. Liwaul Maktulin—Saidina Husain r.a : Kaum yang terbunuh secara zalim.
Jumlah rakyat Aceh sekitar 4,2 juta jiwa. Rakyat yang penduduknya mayoritas islam. Rakyat yang harus tahu sedikit banyak sejarah islam. Juga rakyat yang telah mengenal stunami secara kasat mata. Sudah pernah merasakan bagaimana goyangnya hati bersama goyangnya bumi ketika gempa. Sadarlah hai jiwa kita. Sadarkan diri bahwa kita ini adalah orang Aceh. orang yang taat kepada perintah Allah swt[dulu dan sekarang].
Kita mendoakan semoga rakyat Aceh termasuk dalam salah satu kontingen yang akan melewati haru-hara kiamat. Berada dibawah salah satu tiang bendera yang dipegang oleh para sahabat. Dan menjadi manusia yang selamat didunia dan diakhirat.
Amin, Ya Rabbal Alamin...!
___
Kelas 3e, Ahad, 6-3-2011
Artikel keren lainnya:
1 Tanggapan untuk "Surah; Liwaul Hamdi"
Amiiin yaa Rabbal 'Alamiiin....
Terimoeng geunaseh guree, nyoe kamoe baro teupeu tentang Liwaul Hamdi..
Barakallahu laka..
Posting Komentar