بسم الله الرحمن الرحيم
1/
Proses pendidikan didayah yang berbeda dengan matan kitab tidak boleh diprotes. Ini merupakan sebuah kesimpulan yang dikeluarkan oleh Abu dalam pengajian di balai beton. Beliau mengatakan: ”hanjet proteh, proses pendidikan kadang berbeda dengan kitab,” rabu [2/3/2011].
Misalnya: [1]. Salat Insya bukan diawal waktu; [2]. Salat sunat secara berjamaah. Dua perkara ini merupakan perkara yang sudah biasa terjadi. Namun tentu tidak salah pelaksanaan yang telah dilaksanakan didayah.
Salat insya pada jam 21.00 merupakan solusi alternatif untuk kemantapan belajar sesudah magrib. Bila dilaksanakan pengajian langsung pada awal masuk waktu maka akan sangat membosankan pelajar disamping waktu belajar juga sangat panjang. Akibatnya kemalasan akan tejadi.
Hal ini merupakan sebuah kesepakatan yang telah dijalankan oleh para seksi. Dan kejadian ini telah berlangsung lebih dari 10 tahun. Ukurannya dari saya belajar di dayah hingga sekarang. Tentu konsep ini menjadi konstribusi yang turun temurun tanpa perlu dilakukan perubahan lagi.
Mengenai surah kitab yang menganjurkan tepat waktu salat itu tentu ada alasannya. Namun bila lebih baik melaksanakan jamaah pada waktu insya maka alangkah baiknya melakukan jamaah pada waktu tersebut. Bukankah begitu{?}.
Salat sunat witir, salat sunat tasbeh tentu tidak dianjurkan berjamaah. Namuan kadang juga dilakukan secara berjamaah. Hal ini tentunya atas pengetahuan dan ilmu dari kitab juga. Tentu tidak ada kesalahan kalau melakukan jamaah. Kalaupun jamaah maka atas dasar mengajari tidak ada masalah.
2/
Selain surah tersebut, Abu juga mengembangkan sebuah pertanyaan yang diterimanya melalui SMS. Ada orang yang bermunajah kepada tuhan. Bagiamana orang bermunajah dengan tuhan. Apakah dia tahu apa yang dikatakan tuhan?.
Dengan sangat bijak Abu menjawab. bermunajah tidak mesti dengan berkata-kata. Apalagi tidak ada ketentuan tuhan akan mengatakan sesuatu kepada orang yang sedang bermunajah.
Surah kental ini ternyata perlu dicerna kembali. Memang sangatlah ”balagah” Abu dalam memberikan sebuah jawaban. Makanya dayah memberikan sebuah kontribusi belajar khusus dan manantang dimasa sekarang ini.
3/
Surah lain yang dijelaskan oleh Almukarram adalah tentang perbedaan kita beribadah dengan para Aulia beribadah. Tujuannya tidak sama, kita beribadah sunnah tujuannya adalah untuk menempel kekuarangan para fardhu. Sedangkan para Aulia untuk ”ziyadah derajat.”
Menanggapi persoalan ibadah sekarang ini. Didayah merupakan sebuah tempat yang dibudidayakan beribadah sunah. Didayah juga merupakan tempat untuk berlatih mengerjakan sunnah. Berbeda kalau sudah berada ditempat lain selain didayah.
Di Aceh terkenal dengan serambi mekkah. Berarti serambi mekkah islam disini lebih kurangnya dengan dimekkah. Padahal ini betul bila ditinjau kedalam dayah. Sedangkan bila diluar dayah sungguh sangat meragukan—Bukan tidak ada.
Menilik lagi kepada penyebab dinamakan serambi mekkah dulunya adalah karena masyarakat patuh dan taat atas perintah ulama. Tetapi ketika sudah dijajah dibelanda masyarakat Aceh telah diporak-porandakan keinginannya oleh faktor material. Sekarang yang namanya uang telah menutup mata masyarakat untuk membangun kembali Aceh yang berserambi mekkah.
Anak-anak orang Aceh tidak banyak didayah. Bahkan sekarang ini yang paling banyak adalah di tempat lain selain dayah. Sungguh sayang nasib bangsa ini kelak. Akh, Cuma beberapa orang saja yang sayang untuk Aceh—untuk agama Aceh. tetapi sangat banyak orang[baca: adik] Aceh tidak lagi senang dengan agama di sini. Ironi kan?.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "[privat] Sistem Pendidikan Dayah"
Posting Komentar