بسم الله الرحمن الرحيم
Abon mendidik kita dengan metode yang sangat berguna. Kita diharapkan menjadi ”fiil mutaadi” bukan menjadi fiil yang muzarek. Inilah cita-cita Abon. Lantas kenapa kita tidak jadi fiil mutaadi?.
Inilah yang perlu instrospeksi diri kita sendiri. Kita tidak boleh mengatakan pada metode yang ada didayah ketinggalan zaman. Kita juga tidak boleh mengatakan kepada guru tidak punya wawasan. Ini semua perlu dibersihkan. Kita wajib beri’tikad baik.
Tugas kita adalah mengerjakan apa yang belum sempat dikerjakan. Belajar dan mengajar. Kita juga menjadi orang yang sedang dalam membersihkan diri dari jahil. Kita tidak boleh jahil dengan diri sendiri—begoklah kita. Ini harus dipelihara.
Guru kita didayah memegang amanah dari Abon. Walau itu tidak diikrarkan tetapi dilaksanakan. Pelaksanaan ini lebih penting dari pada pengucapan saja. Lihat bagaimana capeknya guru kita dalam mendidik, siang—malam—dan juga petang. Itu semua berkat guru dan jasanya.
Abon menjadikan anak muridnya fiil mutaadi, kalau Abu Mudi bagaimana?. Tentu juga sama seperti Abon. Abupun ingin anak-anaknya bukan hanya saja bermamfaat bagi dirinya sendiri—bagi orang lain juga. Bagi bangsa dan agama.
Didikan didayah untuk menjadi manusia berguna. Didikan didalam dayah menjadi sangat beruntung. Didayah harus menjadi orang yang menjadi beruntung. Bukan orang yang mengambil untung saja—berikan untung juga. Kita timbal balik—ambil untung dan memberikan untung.
Semoga saja program Abon dapat beliau[baca: Abu] teruskan. Kita mendoakan dan juga berusaha untuk merealisasi. Dengan diri yang lemah ini kita mintakan riza dari Abu untuk meneruskan apa yang beliau cita-citakan. Kita harus sejalan dengan apa yang diprogramkan oleh Abu. Beliau adalah orang yang a’rif dan bijaksana dalam menentukan pilihan. Pilihan Abu juga—pilihan kita.
***
Catatan Rabu, 1-12-2010
Artikel keren lainnya:
2 Tanggapan untuk "Didikan Abon"
alhamdulillah,Ka Metamah Ilme Bacut...!
ilmu dari Abu... juga,,
Posting Komentar