بسم الله الرحمن الرحيم
“Inna lilahi wa inna ilaihi rajiu’n” semuanya dari Allah dan akan kembali kepada Allah swt. Musibah itu kembali terkenang di pelupuk mata semua orang Aceh. Tidak luput juga kami yang ada di dayah. kenangan itu moga-moga menjadi ”bunga” untuk beramal kebajikan.
Pagi itu minggu, 26 Desember 2004 pengajian pagi berlangsung sebagaimana biasa. Aktifitas di dayah MUDI MESRA terkesang sekarang sebagai sebuah momentum yang besar bagi saya khususnya untuk mengenang kembali masa silam. Ketika itu kami masih duduk di kelas 3 balai Banda Aceh. Tak ada yang tahu juga tak ada yang menduga. Balai itu bergoncang hebat sehebat goncangan di Banda Aceh pagi itu.
”Gempa, Gempa Tgk” ujar seorang kawan kepada guru kami yang sedang membacakan kitab. Tak berapa lama suara gaduhpun mulai terdengar di semua balai yang ada di pinggir balai kami.
Pengajian pagi baru saja di mulai. Tgk mulai membacakan beberapa matan kitab ”Muraki Al-U’budiah.” kamipun yang sedang duduk di balai Banda Aceh berhamburan keluar. Goncangan bumi semakin tajam.
”Turun-turun” ujar beberapa orang dewan guru kepada penghuni yang masih tinggal di semua gang. Bilik Darurat yang paling di takutkan. Karena bangunan tua itu bila goncangan dunia bertambah lagi maka mungkin akan segera roboh. Namun mungkin Rahmat Allah swt menghendaki lain. Bilik itu bukan lenyap di robohkan gempa tapi ludes di makan api. Maha Besar Kuasa Allah swt.
Semua bilik dalam sekejappun menjadi kosong. Mata kami santri yang berada di hadapan mesjid hanya termanggu. Mengingat bagaimana musibah yang besar ini terjadi. Sementara selang beberapa detik suara letusan amat keras terdengar. ”DummmMM” kira-kira bunyinya begitu. Kami tidak tahu bunyi apa itu. rasanya terdengar di sekitar arah laut, sebelah utara MUDI MESRA.
Begitu usai suara keras dan gempa sudah reda terlihat di pojok tingkat 3 Gang Al-Aziziyah sudah ramai santri berkumpul. Tangan mereka menunjuk ke arah Tanjongan. Ternyata Subhanallah. Penduduk di sekitar tanjongan dan pineung si reubee berlari ke arah MUDI menyelamatkan diri. Takdir Allah swt tidak dapat di robah. Semua tidak menyangka kalau hari ini air laut naik. Bahkan sebuah Atap rumah terlihat jelas sedang menuju ke Arah MUDI. Sawah-sawahpun yang dulunya kering sekarang sudah menjadi laut hitam.
Pengajian pagi minggu ini menjadi terhenti ketika ada kabar berita air sudah sampai ke kampung Kandang. Kami pun di suruh untuk masuk ke mesjid oleh Tgk untuk berdoa kepada Allah swt. kitab dan sajadah di balai Banda ikut kami bawa.
Betapa hebatnya kuasa Allah Swt. kami yang sedang duduk di balai Banda tidak tahu bahwa Banda Aceh juga bergoncang. Air laut meratainya ibarat balai ini tidak lagi di huni oleh santri yang mengaji. Tidak ada lagi kitab dan sajadah santri. Saya tidak tahu bahwa banda Aceh hari itu telah rata ibarat balai kami tinggalkan hari ini.
Para santri menuntut ilmu di dayah untuk mengenalmu Ya Allah. Tsunami telah lima tahun berlalu. Guru saya yang juga sempat mengajarkan kami sekarang sudah pulang kampung. Beliau sudah menjadi tauladan di daerahnya. Pada hari sabtu ini, kami mengenang kejadian itu dan mengenang kembali nostalgia ilmu yang telah Tgk berikan kepada kami. Juga mengenang kawan yang seperjuangan di Balai Banda itu.
Rupanya Banda Aceh sangat beruntung. Walau tanah dan rumah di sana telah rata dengan laut. Tapi saat itu masih menyisakan sebuah balai yang berdiri megah diantara sekian banyak balai lain di MUDI MESRA. Balai itu bukan hanya menunggu kader islami dari Banda saja. Namun semua dunia mampu di tampung di balai itu untuk belajar ilmu agama. ”Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan. Maka di campakkan dalam hatinya ilmu Agama.”
Balai itu menunggu generasi masa depan yang selalu mendoakan orang tua. Menjadi ladang untuk beramal karena hanya amalan dan doa dari anak yang saleh semua jasa syuhada Tsunami. Keberuntungan bagi orang yang menginggalkan anaknya untuk berdoa. Setahun sekali di peringati Tsunami. Kalau doa apakah setahun sekali juga?
Semoga kita menjadi orang yang selalu berdoa dan berdoa setiap saat, untuk pribadi dan kaum muslimin/muslimat di seluruh dunia termasuk saudara-saudara kita yang telah duluan berpulang kerahmatullah saat musibah itu terjadi.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Mengenang 5 Tahun Tsunami"
Posting Komentar