بسم الله الرحمن الرحيم
Kelalaian itu membuat ilmu pergi. Lalai dalam menghabiskan umur hanya menumbuhkan angan-angan kosong. Bagi pelajar tidak boleh mengosong kesempatan dengan waktu hitam. Sesal kemudian tiada berguna mengingatkan kita untuk selalu mempersiapkan sesuatu sebelum semua itu berakhir. Ilmu juga bisa berakhir dari pikiran manusia bila tidak di tulisakan.
Terdapat dalam sebuah syair Arab;
كل علم ليس في القرطاس ضاع كل سرجاوج الاسنين شاع
Artinya: “Ilmu yang bukan di kertas akan hilang dan tiap rahasia yang sudah diketahui dua orang akan bocor”
Dari kata mutiara di atas dapat kita ketahui bahwa menulis merupakan sebuah solusi yang paling baik. Apa yang kita ketahui sekarang ini tidak sama dengan orang lain ketahui. Begitu juga ide orang lain tidak sama dengan ide kita. Maka lain orang lain pula ilmu yang di perolehnya. Bagaimana cara ilmu itu supaya tidak hancur?
Peredaran sejarah kemajuan dunia merupakan literatur klasik yang di airi oleh tulisan. Ilmu dapat di kembangkan lewat menulis. Bahkan media internet sekarang ini pun menjadi motornya peradaban dunia. Media internet sangat identik dengan tulisan. Sungguh beruntung bagi orang yang dapat menuliskan ilmunya di media ini. Paling kurang dapat berbagi ilmu pengetahuan agama.
Banyak sekali nasehat bawang yang tidak di ketahui. tanpa membaca. ilmu di dapatkan melalui membaca. Siapa bilang? Ini memang kenyataan. Ilmu tidak dapat di temukan lewat menulis. Dengan menulis hanya untuk mengikat ilmu. Makin hari makin bertambah dengan ilmu baru. Kebaruan ilmu itu tidak lain adalah dengan membaca. Sebagai persiapan absensi membaca tidak mungkin kalau tidak ada tulisan. Ilmu di sebarkan lewat tulisan. Beginilah ilmu agama di dayah di wariskan oleh ulama dahulu lewat tulisan.
Dengan menulis berarti telah mengambil faedah ilmu. Sama halnya dengan memetik kehasilan dari buah yang di tanam. Buah yang ada di pohon tidak mungkin bisa di makan kalau tidak di pungut dari pohonnya. Begitu juga ilmu tidak mungkin dapat di ambilkan faedahnya kalau tidak di tuliskan. sepatutnya bagi orang yang sedang menuntut ilmu di bumi Allah ini mengambil dari fedah(panen) ilmu. Ini sebagai mana yang di anjurkan oleh Syekh Az-Zarnuji dalam kitabnya Ta’limul Muta’alim dengan cara menulis.
Peranan tulisan dalam menyukseskan kegiatan belajar dan mengajar tidak perlu di ragukan lagi. Bahkan dengan adanya laptop sekarang ini akan semakin memudahkan untuk kembali merangkul apa yang kita hadapi sekarang ini sebagai buah pilar penerang kejahilan.
Santri bukanlah sebuah sosok bayangan semu, yang hanya di nilai orang ketinggalan zaman tapi lebih dari itu yang namanya santri adalah sebuah sosok intelektual yang tak kalah bersaing dengan aneka peradaban dunia. Makanya di dalam dayah di ajarkan bagaimana menulis dan mengembangkan ilmu agama yang sedang menjadi sebagai sebuah santapan kebaikan.
Media tulisan mengembangkan otak para generasi penerus aceh merasa sangat baik untuk dapat di atasi terbelakangnya pemikiran yang ada. Sekarang bukan zamannya lagi mengandalkan kebodohan tapi mengangkat senjatan yang tidak menumpahkan darah melainkan menjadikan ranah intelektual islam.
Di dalam dayah telah di tinggalkan ratusan kitab klasik. Orang yang tidak mengenal ilmu agama merasa sayang kepada kami yang belajar didayah. Mereka menganggap buat apa menghabiskan umur di dayah. membaca budaya orang dulu yang tidak sesuai lagi dengan budaya kita. Mereka ingin agar kami dari dayah juga berorganisasi seperti mereka dalam berusaha.
Sayang, seribu kali sayang. Kasih sayang orang yang seperti ini bukan pada tempatnya. Padalah islam ini berjaya di Aceh karena ilmu agama yang kaffah. Yang sesuai dengan kitab kuning. Yang berlandaskan mazhab Imam Syafi’i. Dan beri’tikad Ahli Sunnah Wal Jamaah.
Wallahu a’lam…
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "ilmu di kertas"
Posting Komentar