بسم الله الرحمن الرحيم
Inna lillahi wa inna ilaihi ra jiun. Berpulangnya Abuya Doktor Muhibuddin Wali [malam Kamis, 8 Maret 2012] merupakan sebuah kesedihan besar bagi dunia ini. Karena dengan meninggalnya ulama pertanda lampu pelita yang menerangi hati umat tidak ada lagi. Abuya Doktor rupakan seorang ulama kharismatik yang ada diAceh. Anak ulama dan menjadi Ulama.
Sebagai seorang santri saya pernah melihat beliau datang kedayah tercinta. Beliau memberikan ijazah tarikat kepada para dewan guru dan santri. Tarikat yang mu’tabarah dan tidak sesat menyesatkan ini bernama tarikat naksyabandi. Dengan sanat yang raseh hingga Rasulullah SAW.
Meninggalnya ulama merupakan kerugian besar para santri. Dikala telah berpulang kerahmatullah seorang alim maka disitulah letak penyesalan. “Kenapa waktu ada beliau kita tidak belajar dengan yakin, tidak menanyakan kitab, tidak ini dan tidak itu!”
Tantangan kedepan di Aceh sangat berat. Kalau tidak ada ulama orang-orang jahil akan seenaknya mengobok-ngobok negeri tercinta. Kalau tidak ada yang ditakuti didalam keluarga maka dia tidak akan menjadi anak yang patuh. Lihat saja seorang anak yang ditinggal pergi oleh ayahnya. Dia akan menjadi bandel, “tungang, beue, batat klo.“
Seorang saja ulama pergi lebih parah dari stunami yang melanda Aceh. Kalau keadaan kota banda Aceh dulunya waktu sebelum stunami lebih sedikit. Namun sekarang setelah stunama bisa bertambah banyak. Tetapi berbeda dengan meninggalnya ulama. seorang meninggal maka tidak ada yang bisa menggantikannya.
Sayang ya, bila Aceh tidak ada lagi ulama!.
Bukan ulama yang seperti dituliskan oleh segelintir orang. Ulama biologi, ulama kimia, ulama fisika, ulama bahasa inggris, bukan itu!.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk " "
Posting Komentar