فَائِدَةٌ >> سُئِلَ الرَّمْلِيُّ هَلْ الْقَمَرُ فِي كُلِّ شَهْرٍ هُوَ الْمَوْجُودُ فِي الشَّهْرِ الْآخَرِ أَمْ لَا ؟ فَأَجَابَ بِأَنَّ فِي كُلِّ شَهْرٍ قَمَرًا جَدِيدًا .
إنْ قِيلَ مَا الْحِكْمَةُ فِي كَوْنِ قُرْصِ الشَّمْسِ لَا يَزِيدُ وَلَا يَنْقُصُ وَقُرْصِ الْقَمَرِ يَزِيدُ وَيَنْقُصُ ؟ أُجِيبَ بِأَنَّ الشَّمْسَ تَسْجُدُ لِلَّهِ تَعَالَى تَحْتَ الْعَرْشِ كُلَّ لَيْلَةٍ وَالْقَمَرَ لَمْ يُؤْذَنْ لَهُ فِي السُّجُودِ إلَّا لَيْلَةَ أَرْبَعَةَ عَشَرَ ، ثُمَّ بَعْدَ ذَلِكَ يَنْقُصُ وَيَدِقُّ إلَى آخِرِ الشَّهْرِ ا هـ عَبْدُ الْبَرِّ الْأُجْهُورِيُّ عَلَى الْمَنْهَجِ هَذِهِ الْفَائِدَةُ بِتَمَامِهَا غَيْرُ ثَابِتَةٍ فِي النُّسَخِ وَإِنَّمَا أَدْرَجَهَا الْكَاتِبُ مِنْ الْهَامِشِ .
Jadi kalau pertanyaan kepada syekh Ramli mendapat jawaban bahwa bulan yang ada itu bukan bulan semula bagaimana surahnya?. Kalau bulan yang ada dilangit kan Cuma satu saja. Tidak lebih. Jadi mungkin bisa dihamalkan bulan tiap bulannya bulan baru adalah bulan dikelender. Jadi tiap bulan itu tidak bisa ditarik kembali seperti semula. Bulan itu selalu baru seiring perputaran waktu dan zaman.
Penciptaan Allah swt selalu ada hikmah. Bulan di jadikan bulatannya tidak selalu bulat. Bulatannya Cuma ketika bulan 14 sedangkan selebihnya berkurang. Berbeda dengan bulatan matahari yang selalu tetap. Oleh ahli hikmah mengatakan bahwa matahari sujud kepada Allah dibawah arasy pada tiap-tiap malam. Berbeda dengan bulan. Cuma sujud pada waktu bulan penuh saja yaitu: bulan 14.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Bulan dan Mentari"
Posting Komentar