بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam sebuah hadist Nabi riwayat dari Hakim dan beliau mentashehkannya : ditanyakan kepada nabi, usaha apa yang paling baik?. Maka Nabipun menjawab Amal seseorang laki-laki yang beramal dengan tangannya dan jual beli yang dimabrurkan. Artinya: tidak terjadi tipuan dan tidak khianat.
Apa saja yang termasuk amalan dengan tangan?
Banyak sekali amalan dengan tangan. Menulis memerlukan tangan. Kesawah memerlukan tangan. Makanya di Aceh banyak sekali sawah yang digarab. Ada yang ditanam padi dan ada juga yang ditanam palawija.
Bila tangan dipakai untuk menulis tentu kejadiannya sama dengan bekerja disawah. Tangan dipakai untuk memegang pena. Jadi kalau dilihat dari pemegang pena ada dua, yaitu: pena besar dan pena kecil. Orang yang memegang pena besar bekerja di terik mentari dan orang yang memegang pena kecil terhalang sinar mentari.
Pasar di Aceh banyak menjual hasil tangan manusia. Ada dari rotan dan ada dari tumbuhan. Bayangkan saja hasil komuditi ini menjadi pemasukan dari rakyat Aceh sendiri. Tanpa ada usaha tangan tidak akan ada hasil yang memuaskan pendapatan.
Kemudian dari hasil komuditi ini dilaksanakan pada peranan lain yang dinamakan jual beli. Orang yang melakukan jual beli ini mendapatkan sebuah hal yang baru. Ekonomi masyarakat lebih baik didapatkan dari hasil tangan dan dari hasil jual beli. Dengan tangan bisa menghasilkan pengdapatan. Makanya jangan malas menulis untuk menghasilkan pendapatan dan ilmu tentunya.
Dalam islam tidak dilarang bekerja. Bahkan kerja ini merupakan ibadah juga. Ada hal yang perlu dikerjakan dan ada juga perkara yang tidak boleh dikerjakan. Diberikan bagian anggota tubuh memanjang kedepan dan bisa mengambil pena dengan tangan sangat bermamfaat. Ini merupakan karunia Allah swt. Disisi lain tangan juga merupakan anggota sujud kepada Allah swt.
Sebelum berkeluarga banyak orang yang bekerja disawah. Ternyata bekerja disawah ada sandarannya. Kalau ditanyakan kenapa kalian suka bekerja disawah? Maka jawabannya karena ada hadist Nabi. Begitu juga kalau menulis—ditanya ’kenapa suka menulis?.’ Jawabannya sama seperti orang yang pergi kesawah.
Dilihat dari sisi perbedaannya antara menulis dan bekerja di sawah sangat terasa efeknya. Kalau bekerja disawah hasilnya untuk kehidupan sendiri. Tidak banyak membawa kepada perubahan paradikma dalam masyarakat. Tetapi kalau menulis membawa perubahan yang signifikan dan paradigma perubahan yang besar.
Didalam kitab tidak ada bab yang menjelaskan tentang hasil dari menulis. Berbeda ddengan penghasilan dari sawah dan ladang. Penghasilan ini dapat dijadikan hasil komoditi expor impor. Hasil ini dapat menjadi penambah devisa negara sehingga makmur dan kaya sebuah negera dengannya.
Berbeda dengan menulis. Orang yang menulis tidak menghasilkan uang untuk dapat dirasakan oleh orang lain. Apa yang telah ditulis layaknya seperti hidupnya pohon pisang. Tidak ada buah lagi setelah dipotong panen buah pertama. Orang lainpun tidak bisa melakukan jual beli tulisan seseorang. Kalaupun ada itu melanggar aturan hak cipta.
Tulisan diciptakan lewat tangan sendiri. Awalnya bukan berasal dari jenis yang satu. Sehingga dari tidak ada menjadi ada. Setelah ditulis baru ada dan itu namanya tulisan. Berbeda dengan menanam padi. Padi mulanya dibeli sebagai bibit kemudian ditanam dan akhirnya menghasilkan buah padi yang lebih banyak dari pertama. Dari padi dan menjadi padi!.
Kitab kuningpun demikian. Kitab kuning diciptakan oleh ulama lewat tulisannya. Sehingga bukan dari satu kitab menghasilkan kitab yang banyak seperti hidupnya padi. Kitab ini dikarang oleh pengarang yang lain dengan ragam yang sama. Penjelasan surahnyapun berbeda pandangan. Sehingga kecakupuan ilmu itu bagaikan samudra luas. Satu kitab tidak mencukupi sehingga dikaranglah banyak kitab.
diAceh banyak kegiatan dari tangan masyarakat. Pagi hari tangan masyarakat sudah bergerak. Bahkan ada satu kata pepatah orang tua-tua dahulu: ”meugrak jaroe meek gigoe.” Abu sering membacakan sebuah hadis :”Harrik yadak, anzil alaikal rizki.” artinya: ”gerakkan tanganmu[giat/ulet] niscaya kamu mendapatkan rezeki.”
Seorang laki-laki mengadu kepada Nabi; gerakkan tanganmu;menulislah sehingga engkau kembali ingat pada waktu engkau lupa. Dan sungguh telah menulis khalifah Usman bin Affan sehingga beliau menghimpunkan Al-Qur’an dan dapat menembus waktu hingga sekarang. Dibaca dan diamalkan ajaran dari kitab-kitab kuning oleh orang-orang Aceh sekarang.
Akhirnya, penulis mengharapkan pergunakan waktu luang untuk menulis surah kitab. Kita didayah bukan berdagang dan juga bukan bercocok tanam. Namun didayah kita belajar kitab. Dan kitab mengajari kita lewat peranan sorang guru. Tanpa kitab, guru dan kita tidak akan ada proses belajar mengajar seperti sekarang ini. sungguh enak ternyata menulis dengan menjabarkan surah dalam kitab.
___**
Catatan Jum’at, 4-3-2011
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Menulis dan Jual beli"
Posting Komentar