بسم الله الرحمن الرحيم
Ketika suatu sore langit di atas kepala tidak begitu bercahaya cerah. Maklum saja sudah sore di negeri ini. Saya membuka facebook. Disana saya menemukan sebuah alamat yang di miliki oleh teman di dunia maya. Akh, bukan itu yang ingin saya tuliskan di sini tapi apa yang saya baca menjadi sebuah motifator bagi saya khususnya untuk menulis.
Beliau menuliskan tentang masalah makna cinta. Maklum saja masih muda maka darah yang berwarna cinta masih sangat deras mengalir. Buktinya saja tulisan cinta itu tidak pernah menghalangi usianya untuk menuliskan cinta yang khusus pada diri beliau.
Disini pun saya bukan ingin menuliskan masalah cinta. Saya yakin cinta itu sebenarnya bukan di tuliskan sehingga akan membawa dampak kepada ”meufom.” cinta hanya akan tumbuh di dalam dada. Apa yang di tanam itulah tunggu saja hasilnya, mungkin cinta yang tumbuh mungkin juga bukan.
Dimana orangnya disitulah akar cinta akan tertanamkan. Anda di kantor maka cinta itu akan tertanam untuk kantor dan juga tidak menafikan kepada hal lain selain kantor. Namun kantor rasanya membelenggu untuk terus di jejaki kesetiaannya.
Realitanya untuk bangkit kepada cinta yang sesungguhnya tergantung orangnya. Kita bisa menempuh arti cinta yang baik kalau itu berkaitan dengan agama. Saat cinta pergi tabah dalam konsep islam. Kemudian saat cinta datang sesuai dengan prosedur yang di anjurkan dalam kitab kuning.
Maaf, saya sedikit berkomentar tentang cinta tapi yang ingin saya tuliskan disini adalah sebuah keta’juban saja pada orang yang telah mengirimkan tautan alamat webnya. Saya terguguah untuk menguliskan sebuah tulisan singkat ini di sebabkan beliau menuliskan bahasa cinta panjang sekali. Sampai ada komentar yang mengatakan demikian. Tapi walaupun panjang namum punya pembendaharaan kata yang kaya. Sehingga sebagai pembaca saya sendiri terhanyut oleh ide-ide akbar beliau.
Dari menulis banyak sekali ide yang tidak di harapkan tapi muncul untuk mewarnai indahnya ide seorang penulis. Beliau menceritakan kisah cintanya dari kecil hingga saat sekarang ini. Dalam gudang menulis beliau punya saratan makna sehingga dalam mengemukakan ide tidak begitu berkarat oleh ketinggalan zaman. Ide-ide cemerlang di munculkan sehingga pembaca sendiri terpukau oleh bahasa cinta penulis tersebut.
Bahasa remaja juga menjadi pelampung dalam menjaring suasana cinta pembaca. Tidak kaku dalam satu kata. Tidak berkutat pada bendahara yang miskin sangat penting bagi seorang penulis. Banyak bahasa baru di lemparkan menjadi tulisan jadi agar tidak berpaling para pembaca untuk melanjudkan bacaannya.
Mungkin ini bisa di jadikan sebagai bahan renungan bagi kita yang senang dan cinta menulis. bahasa tulisan harus kaya. Hemm, namun jangan takut untuk memulai untuk menulis. karena mana mungkin kaya kalau tidak di usaha. Tak ubahnya ”cet bulen ngen runong” kalau dalam bahasa indonesia ”bagai punguk merindukan bulan” sangat imposible dan ”hana mungken troknyan.”
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Cinta"
Posting Komentar