بسم الله الرحمن الرحيم
ULAMA DAHULU MENULIS KARENA DIMINTA, ini merupakan kesimpulan sementara ketika Saya membaca tulisan ”saalani” dalam kitab bujairimi.
Sebenarnya ini menjadi sebuah problema bagi kalangan ”sendiri” dimasa sekarang. Orang lain meminta maka ulama—dahulu menulis. Sedangkan kita sekarang?. Bukan orang lain yang meminta tetapi santri dayah sekarang hendaknya menulis karena ini adalah tuntutan zaman. Bolehkan Saya berasumsi seperti ini?.
Ya, semoga ada benarnya!. Karena kalau dilihat dijaman sekarang ini sangat banyak sekali hal yang bisa menjadi masukan bagi diri kita dan menjadi pertimbangan bagi orang lain. Masukan bagi kita adalah ilmu yang ada didayah. Dan pertimbangan bagi orang lain adalah dalam menyeimbangkan pendidikan anaknya antara pendidikan agama dengan pendidikan umum.
Memang benar apa yang menjadi realita sekarang ini. menulis merupakan sebuah jurus ampuh dalam mengekalkan ilmu agama. Tidak pantas seorang guru tidak menulis tentang ilmu agama. Tuliskan saja apa yang didapat malam ini karena esok hari surah tersebut telah terkelupas oleh mimpi malam ini__tidak ada lagi.
Saya pikir juga demikian. Tidak sama surah kalau sudah ditulis dengan sudah mengaji. Kalau sudah mengaji kita Cuma tahu ketika mengaji saja. Namun kalau surah itu sudah ditulis maka akan sangat membantu mengingat kembali kepada surah tersebut walau kita sudah lupa.
Terasa sendiri kalau menulis surah Abu akan mudah diingat. Seperti tadi pagi [pagi Selasa, 17-5-2011] Abu mengatakan sebuah nasehat: ”sabe lon peugah, dari boroken lon pegah, hingga ukeupih lon peugah, dan nyo teungeh lon peugah, menyoe pangkai woe u gampong adalah bek na rencana untuk jak tahkek mahalli, meureunoe doa-doa beujet!.”
Tulisan ulama-ulama sekarang sangat mendukung khazanah islam di Aceh. Santri yang pinter-pinter punya ilmu untuk dituliskan. Mereka itulah calon ulama yang mampu untuk menuliskan hukum. Wah, sungguh harapan besar ini harus terwujud. Namun itu termasuk dalam surah ”mustahil akli”, walaupun pada adat tidak mustahil.
Zaman sekarang adalah zaman ”membenci” kader agama. Ya, banyak orang yang tidak suka melihat Tgk. Seolah Tgk itu adalah orang biasa saja. Buktinya saja ulama di marjinalkan dari pemerintahan. Lihatlah sekarang ini, ulama dijadikan alat untuk mencapai politik setelah memegang kekuasaan mereka akan meninggalkan ulama bagai kacang lupa akan kulitnya.
Cendikiawan muslim dahulu berupa ulama salaf dan khalaf yang banyak menulis.. Tongkat estafek ini telah banyak di ambil alih. Makanya, kita sebagai santri sangat berhak menulis. Tuliskan surah itu!. Allahu Akbar!.
Maka kita harus berani untuk mengangkat pedang berupa kursof laptop untuk berkata: ”Saya menulis karena diminta oleh zamanku karena Saya tahu bahwa Saya tak layak diminta menulis oleh temanku.”
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Menulis Kata Karena Di Minta"
Posting Komentar