بسم الله الرحمن الرحيم
Bila ditanyakan Tgk, apa beda antara wajib dengan fardhu?. Kira-kira apa jawaban anda Tgk?.
Kemarin saya melihat dikitab Nufahat bahwa keduanya merupakan lafadh taraduf pada bukan bab haji. Sedangkan pada bab haji sudah berbeda__Wajib bisa digantikan dengan DAM__Sedangkan fardhu tidak bisa digantikan dengan DAM. Bukan DOM lhoe…h!.
Ya, antara ibadah haji dengan ibadah lain berbeda disegi DAM_nya. Sedangkan ibadah puasa dengan ibadah lain berbeda disegi niatnya. Inilah keistimewaan ibadah masing masing. Tidak diketahui kalau kita tidak mengaji ilmu agama didayah. Makanya mengajilah yang yakin Tgk.
Kadang bila ditanyakan oleh anak-anak kita tidak mampu menjawabnya. Kenapa kita ini? Inilah gara-gara kita tidak melihat kitab. Kitab terpajang saja didinding. Kitab hanya menjadi realitas dalam menjadi bahan hiasan. Kitab hanya jimat untuk tidak masuknya syaitan. Bagaimana kita ini?__telah melonggarkan diri ditempat terlarang.
Hendaknya kalau ada dibilik langsung kitab dilihat. Banyak-banyakkan waktu untuk melihat dan membaca kitab. Kita mempunyai kebiasaan buruk dengan bermalas malasan. Memang malas sudah ada dalam diri manusia tetapi alangkah baiknya sikap malas ini jangan dipupuk!.
Kalau menghormati orang tua itu hukumnya adalah wajib. Artinya diberikan pahala bila dikerjakan dan disiksa bila ditinggalkan. Menghormati ini dalam bentuk yang sangat luas. Menghormati dengan perkataan, perbuatan dan juga dengan gerak anggota. Anggota tangan kita menengadah kelangit sambil melafadhkan doa kebaikan kepada kedua orang tua_contohnya. Menuntut ilmu agama juga termasuk kebaikan menghormati kedua ibu bapak.
Kenapa demikian? Karena dengan adanya ilmu agama sianak bukan hanya pemegang silang sedangkan sibapak menarik bensin dalam tanah. Justru sebaliknya sianak yang menarik bensin dari tanah dan bapak ibu yang memang selang. [Musyakalah kata Prof. waktu seminar di STAI-A]. saya cerita sedikit bahwa anak si Prof tadi kuliahnya dibidang pertambangan. Karena bila anaknya yang tarik minyak maka si Prof yang megang selangnya.
Apakah Cuma sebagai pemegang selang? Tidak cukup hanya itu Tgk. Dengan memegang selang minyakpun keluar, Itupun kalau ada minyaknya. Coba kalau minyaknya “dirumput” oleh orang lain. Bagaimanakah nasib sipengebor dan sipemegang selang tadi?.
Dimanakah letak fardhu dan kewajiban menghormati kedua orang tua kalau anak hanya diingini untuk menarik minyak dalam bumi. Kapan dia akan berpikiran untuk menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua kalau ilmu agama tidak ada. Kebanggaan sesaat mengorbankan kebahagian selamanya. Pentinglah anak diberikan ilmu agama.
Saya tidak tahu apakah saat belajar sedot minyak ada diajarkan rukun sembahyang. Rukun iman, I'tikad 50 dan cara berbakti kepada kedua orang tua. Sungguh ironis melihat anak-anak sekarang yang diingini oleh ayah bundanya mampu menarik minyak supaya mereka bisa masak didapur. Padahal sudah ada orang luar negeri yang berpikir demikian.
Alangkah bahagianya orang tua yang memberikan ilmu agama kepada anaknya. Berlajar sehari-hari demi ayah dan bunda. Mendapatkan embun kesenangan dan kebahagian dalam meniti kehidupan. Angin lembut dan sejuk terbaca dari lantunan-lantunan kesejukan surah kitab. Berbicara dengan tiori-tiori ulama dahulu. Menyelam dalam lautan ilmu agama dikitabnya.
Catatan harian, Saturday, July 03, 2010
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Sedotan ilmu lebih penting dari sedot minyak"
Posting Komentar