بسم الله الرحمن الرحيم
Sikap tawadhu menggambarkan ciri seseorang sederhana namun punya kapasitas ilmu yang luas. Buktinya ketika kita baca di kitab Sawi Daridir disana di tuliskan sebuah alasan kenapa tidak di pakai lagi ”Amma ba’du” setelah lafadh Hamdalah, Shalah dan Shalam. Syekh Ahmad Bin Muhammad Ash-Shawi langsung memulai tulisannya dengan kalimat yang menunjukkan isyara.
Husnus zan kepada orang yang lebih duluan dari kita di ajarkan oleh pengarang zaman dahulu. Apa yang mereka wariskan merupakan hal yang menarik untuk kita telusuri dan amat berguna. Ilmu yang di tinggalkan bukan merupakan hasil rekayasa pikirannya. Tapi punya satu sandaran vertikal dan horizontal dalam mengwarisi kepada generasi sekarang.
Orang yang tawadhu’ dalam menulis terpampang dengan jelas di dalam kitab tersebut. Sanggahan yang di”ponten” oleh orang lain dapat menambah harumnya kitab itu.
Akh, kenapa sekarang kita kadang tidak menyadari apa yang di dapatkan itu menjadi sebuah faedah yang berarti. Dan ini merupakan sebuah hal yang patut di lestarikan. Sejarah zaman dahulu bisa menjadi pelajaran penting bagi umat sekarang dalam menghargai penulis lain.
Yuk,, kita menghargai apa yang di tuliskan oleh orang lain selama itu adalah benar dan sesuai dengan syariat..
Hehehe..
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "sikaplah bertawadhu"
Posting Komentar