بسم الله الرحمن الرحيم
Firún hidup pada masa Nabi Musa as. Sebelum dia mengaku dirinya sebagai tuhan. Raja yang megah ini membangun sebuah singasana yang megah dan mewah. Diapun memerintahkan untuk mengukir kalimat Basmallah di atas pintu masuk ke tempat tersebut. Hal ini mungkin saja untuk memperindah bangunan istana yang dibangunnya.
Ketika fir’un telah angkuh dan mengaku dirinya sebagai tuhan maka datang lah Nabi Musa as ke tempatnya. Dengan lancang di menolak ajakan yang di serukan oleh Nabi Musa as.
Sebagai seorang yang dekat dengan Allah Nabi Musa bermunajah kepada tuhan ”Wahai Tuhanku kenapa Engkau tidak binasakannya saja sekarang.? aku tidak tau apa kebaikan yang ia lakukan....!!!”
Maka Allah pun berfirman ”hai Musa engkau berkehendak kepada kebinasaan karena engkau melihat kekufuran yang ada pada fir’un, tetapi Aku melihat kepada kalimat Basmallah yang terpajang di atas pintunya makanya sekarang ini bukan saat yang tepat untuk kebinasaan nya”.
Fir’un saja yang jelas sekali orang yang sangat anti tuhan namun masih ada amnesti apalagi di dalam dada mukmin yang berukir dengan lantunan basmallah di setiap kali melakukan aktifitas yang mulia dan sesuai dengan anjuran dari syar’i.
Mengucapkan bismillah lewat lisan adalah hal yang mudah tetapi dalam pengamalan di lapangan inilah yang terasa sangat sukar di kerjakan. Implementasi sangat di butuhkan apalagi mengenai amalan yang sangat baik ini. Berapa kali seseorang bisa membacakan bismillah selama di waktu malam dan di waktu siang ini tergantung siapa saja yang membiasakannya.
Alangkah baiknya kalau sempat mengamalkan di dalam kehidupan sehari-hari. Dalam membacakan basmallah terkandung unsur supranatural yang melebihi dari kekuatan-kekuatan yang gaib lain.
Kata ulama yang bijak sebaiknya pada semua hal yang hendak di kerjakan harus dimulai dengan membacakan bismillah. Dengan sebab ada tulisan yang sangat mulia terpampang pada pintu depan rumah fir’un maka betapa besar pun dosa fir’au, namun keutamaan dalam kalimat tersebut tidak akan sirna.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Cerita fir’un"
Posting Komentar