بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam problema kehidupan kita di hadapkan oleh sebuah aturan yang tidak boleh di langgar. Manusia hanya sebagai hamba yang wajib melaksanakan segala titah Allah swt. manusia sudah di atur sedemikian rupa untuk beribadah kepadanya sehari-semalam lima waktu. Orang mungkin saja mengira kalau ada keringanan di dapatkan selama dalam meniti hari yang berbahagia.
Disini penulis ingin mengutarakan bagaimana konteks sebuah ruku’ dalam sembahyang. Sungguh ruku’ yang sempurna hanya di lakukan oleh orang yang tau bagaimana kaedah di dalam kitab. Bila kita yang berbicara dan mau mendengarkannya maka insya Allah akan sempurna. Semua orang yang senang dengan ibadah yang sempurna tidak menyia-nyiakan kesempatan ibadah.
Ibadah hanya di lakukan dengan seksama. Bila satu kesempatan itu saja tidak di lakukan dengan sempurna maka kapan lagi akan di laksanakan dengan sempurna. Ruku’ yang akmal hanyalah dengan mempapankan badan. Sedangkan bagi orang yang salatnya duduk ini merupakan sebuah keozoran.
Islam juga memandang status ini sebagai sebuah fenomena yang di berikan jalan keluarnya. Bagi orang yang berdiri oke lah menyamakan seluruh punggungnya sedangkan bagi orang yang duduk ini adalah sebuah perbuatan yang tidak bisa di lakukan. Maka dalam agama di tulisakan bagaimana bagi orang duduk menjadi seorang yang melakukan ruku’ dengan sempurna juga.
Kemudian ada tata cara yang khusus bagi orang yang melaksanakan salat dengan duduk yaitu. Sejajar dengan sujud kepalanya ketika membungkukkan badan ini termasuk katagori akmal sedangkan bila hanya membungkukkan badan sejajar dengan lutut ini termasuk dalam katagori memuaskan.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Duduk untuk beribadah"
Posting Komentar