بسم الله الرحمن الرحيم
Bahan yang di tulis tentu saja barasal dari pikiran. Kalau tidak ada pikiran yang jernih tidak bisa menulis. Mukabalah_nya bisa di lihat sendiri, bagaiman penulis menoteskan tulisannya? Orang yang menulis harus memiliki pikiran yang waras. Dalam sejarah tidak pernah orang gila(maaf) mendapat rekor penulis the best seller.
Manusia sebagai makhluk yang mampu menulis mesti bersyukur. Allah swt telah menyempurnakan kepada manusia akal yang bisa di pergunakan untuk menulis sebagai amal ibadah. Dengan akal dia mampu berpikir untuk menulis dan untuk keperluan lain. Di dalam pikiran otak kita bekerja dengan cekatan. Semua problema menjadi menarik bila di barengi oleh pikiran yang cemerlang. Dan tentu saja bila di tuliskan.. !!!
Burung yang terbang bisa kita lihat sendiri dengan mata kepala kita. Mana mungkin mereka terbang sendirinya tanpa arah tujuan. Pena yang kita goreskan di atas kertas putih juga mempunyai tujuan. Dengan berpikir dapat melahirkan tulisan yang mempunyai ujung tombak yang tajam. Krusof di L-CD laptop juga bisa menjadi lantera bagi pikiran penulis sendiri. Subhanallah, betapa sempurnanya ulama dahulu dalam menggunakan ilmu dan memikirkan ilmu tersebut untuk masa depan umat sekarang. Ulama dulu menuliskan kitab kuning dalam menyebarkan ilmu agama. Ulama sekarang juga tidak kalah pentingnya menjabarkan naskah kitab kuning yang telah hasil dari karya tangan-tangan mulia.
Manusia di berikan pikiran yang cemerlang. Tanpa pikirkan yang waras tidak mungkin seseorang akan berhasil menjadi penulis. Maka, saya rasa pembaca tulisan saya ini tentunya masih di berikan anugerah akal pikiran oleh Allah swt. pergunakanlah pikiran itu terhadadap kebaikan ilmu duniawiah dan lebih utama ukhrawiah. Pikiran merupakan unsur yang paling mendukung dalam melakukan penulisan. Orang baligh yang sudah berakal mempunyai tingkat kualitas tulisan yang berbobot bila di bandingkan dengan tulisan anak-anak yang masih kecil atau masih SD.
Pemamfaatan pikiran saat menulis ada tiga fase, yaitu:
• Berpikir sebelum menulis
Sebuah tulisan hanya mampu menghasilkan kekuatan nilai yang baik dan sehat manakala beranjak menulis dengan berpikir. Banyak sekali masalah yang di tuliskan harus di kedepankan pikiran untuk menuliskannya. Orang yang berpikiran harus menulis apa? Ini yang perlu di robah. Sebagaimana ada satu tulisan yang menuliskan ”tuliskan apa yang ada di pikiran dan pikirkan apa yang di tuliskan”.
Berangkat dari angan-angan pikiran sebelum menulis. dapat di ketahui bahwa menulis dengan jalan memikir punya potensi yang besar untuk kebaikan pembaca. Bahkan banyak mamfaatnya bagi kebaikan penulis sendiri. Ketika kita mau berpikir akan melahirkan ide yang cemerlang sesuai dengan aturan agama. Gagasan itu tentu timbul dari pikiran dan juga di barengi dengan ilmu agama. Ide dari pikiran seseorang tidaklah sama. Hanya orang yang baik saja yang bisa menyempurnakan tulisan kita lewat ide yang cemerlang.
Berpikir dulu sebelum menulis. hal ini sangat di anjurkan. Tentang bagaimana isi yang baik yang akan di tuliskan, memang ini merupakan sebuah kepentingan. apalagi berpikir “akibat” yang terjadi di belakang menulis. Jangan sampai dengan sebab tulisan kita dapat menghancurkan keharmonisan keluarga orang lain dan Menimbulkan haru hara dalam masyarakat. Inilah pentingnya memikirkan dulu sebelum menulis. jangan sampai terjadi profokasi. Selain dari memikirkan sebab akibat kita juga tidak boleh melupakan apa yang menjadi bahan untuk kita tuliskan. Karena tanpa berpikir tidak ada lowongan untuk otak. kesempatan menulis ide jadi kosong.
• Berpikir saat manulis
Ketika sedang menulis pikiran harus kosentrasi pada tulisan. Buktinya dapat kita rasakan sendiri ketika menuliskan sebuah artikel atau tulisan lain. pikiran tidak boleh di kacaukan oleh bunyi musik yang keluar dari muka laptop ataupun hal lain yang mengganggu kesenangan menulis.
Musik yang bersuara tidak bisa sepenuhnya kita nikmati alunannya di sebabkan karena harus fokus kepada tulisan yang sedang di tulis. Musik tetap hidup namun kosentrasi tidak boleh terpotong. Bahkan kalau kira-kira dengan musik dapat mengganggu aktifitas menulis lebih baik di matikan saja supaya jalan acara kita jadi lancar.
Tanpa memanfaatkan pikiran, kualitas saat menulis menjadi berkurang. Kita dalam melakukan jual beli juga tidak luput dari pemikiran. Sang kasir berpikir saat mengembalikan uang begitu juga sebagai pembeli juga bepikir berapa uang yang di habiskan. Tanpa memikirkan saat membeli kadang uang yang di bawa dari rumah untuk berbelanja tidak mencukupi.
• Berpikir usai menulis
Di akhir sebuah penulisan yang paling utama adalah mengoreksi. Koreksi berjalan lancar di barengi dengan pikiran yang cemerlang. Lihatlah, dengan melaksanakan penyelidikan terhadap tulisan kita. Seluruh kosentrasi di peruntukkan untuk mengoreksi hasil yang telah di telurkan melalui dua tahapan pikiran yang telah tersebutkan di atas.
Kelancaran bacaan dan tata bahasa yang baik perlu pemikiran saat mengoreksi. Tata bahasa bukan hanya lewat pikiran saja tapi lebih dari itu. Mesti menggunakan insting ke enam untuk menemukan dimana kata yang tepat dan kata yang tidak tepat. Ini membuktikan semua kinerja pikiran membutuhkan semua olah otak. Perwira tertinggi mengikuti langkah yang di tunjukkan oleh jendral. Di dalam tubuh jendral yang paling sensitif adalah otak.
Kerja otak dalam menyelesaikan sebuah tulisan sangat penting. Tanpa otak yang cemerlang tidak ada tulisan yang bisa di hasilkan. Kurang berharga sebuah tulisan tanpa konsep pikiran yang jelas. Salah satu konsep keberhasilan dalam menulis adalah berpikir sebelum, saat dan sesudah menulis. Syukurilah nikmat Allah swt sebelum pikiran itu hilang di telan usia.
Dalam bahasa Aceh Abu MUDI sering mengingatkan: ”Bek walanca walance awai pebuet ludoe pike, Tetapi walanca walancut awai pike ludoe pubuet” dalam bahasa indonesia artinya: ”jangan berbuat sebelum berpikir tapi berpikirlah sebelum berbuat.”
Wawlahu a’lam bis sawab
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Memikirkan, kunci sukses menulis."
Posting Komentar