بسم الله الرحيم الرحيم
Assalamualaikum.
kawan pembaca yang budiman,Bagaimana keadaan kalian! pa baikan aja ni..?
Ya, Alhamdulillah kalau kalian tetap baikan aja, maka saya juga merasakan apa yang kalian rasakan. soalnya sekarang ini banyak kawan-kawan yang merasakan tidak enak badan, kurang gairah, entah kenapa? saya juga tidak tau.
Kawan yang baik, di rublik ini saya ingin mengatakann sesuatu pada kalian. “Sebenarnaya menulis itu bukan lah pekerjaan yang sukar, yang penting ada kemauan tuk menulis maka jadiii dechh apa yang ingin di tuliskan.”
Kalian percaya tau tidak, ya...!!!
Terserah kalian juga dechh, saya Cuma ingin berbagi pengalaman saja.
Duduk.k duduk…!! (Meniru Gaya Upin dan Ipin)
Dulu, saat masih duduk di bangku sekolah MTsN saya mengalami sebuah motifasi yang kurang pada penulisan sehingga saya banyak membeli buku paket tiap pelajaran. Waktu itu tidak ada buku paket yang di sediakan di sekolah.
“Bahkan ada yang agak mengganjal, ini khabar angin lhooe. Al¬_nya ada yang bilang kepada pelajaran IPS dengan memakai metode CBSA, hai teman apa kah kalian tau apa itu CBSA...?”
Tentu kalian lebih mengetahuinya, yaitu Catat Buku Sampai Habis. Inilah yang membuat kebosanan pada tulis menulis sehingga saya harus mengorbankan uang untuk beli buku paket yang ada di toko. Pada saat belajar di sekolah yang ada di simpang tiga Meureudu ini mulailah rasa tidak suka pada menulis timbul sehingga kejadian ini berlanjut hingga sampai ke sekolah MAN 2 SIGLI.
Entah kenapa rasa tak suka pada tulis menulis menjadi bertambah parah sehingga pernah bolos sekolah karena kena pelajaran yang banyak tulisnya. ( IPS kaliii? ).
Wah seru juga ya...
Gak seru kok kan dengan tidak banyak menulis tidak menjadikan tulisan bagus. Ini adalah kekurangan yang di dapatkan…!! (Cakar ayam ??). Makanya banyak-banyaklah menulis karena ini akan menjadikan tulisan menjadi baik, bagus dan lancar.
Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat. Selama di dayah suasana menulis ala CBSA taklagi saya rasakan. Sistem belajarnya pada kitab dengan metode mendengarkan dari Mulut sang Guru yang mulia. Kejadian ini berlangsung lama (enam tahun...!! wah lama bangeut) sehingga suatu ketika ada sebuah tulisan yang saya bacakan pada sebuah makalah yang di adakan oleh lapena di gedung Aula STAI-A. Tentang apa sich....? yaa.. tentang menulis lah.
Dengan membacakan apa yang di tuliskan oleh seorang penulis terkenal Sulaiman Tripa tentang bagaimana kejadiannya seandainya Tgk yang ada di dayah menulis maka saya menjadi tergugah hati untuk mencoba kembali sesuatu yang telah saya tinggalkan begitu lama. Maka pada pertenganhan naik ke kelas 6. pena saya mengudara di atas beberapa kertas putih dan hal ini terus berlanjut sehingga sekarang. (Alhamdulillah....!!)
Ilmu yang di berikan oleh para Tgk-Tgk sebagai guru saya di MUDI MESRA sangatlah banyak maka untuk itu saya ingin agar apa yang telah saya dapatkan dari guru yang mulia bisa menjadi hal yang berguna bagi hidup saya di dunia dan di akhirat kelak.... aminnn. ( Bukan hanya lewat menulis dong?).
Saya juga merasakan akan betapa pentingnya menulis dalam dunia dayah. Rasanya ini adalah benar. sebagai mana yang telah di temukan di dalam kitab ta’limul mutaa’lim. Di dalam kitab yang kecil ini telah di tuliskan betapa pentingnya menulis dalam dunia dayah maka apa yang sedang di butuhkan sekarang ini oleh dunia tentang penulisan dari dayah sudah dapat di lihat dari hasil yang sedang terjadi di dalam dunia dayah sekarang ini.
Saat saya mengikuti WORKSHOP di LAB lampoh wakaf saya mendengarkan sebuah penuturan yang selalu terkenang di ingatan. Pemateri tersebut mengatakan: ”Orang yang menuliskan itu berarti telah menyedekahkan ilmunya kepada orang lain. Bersedekah bukan hanya dengan uang saja. Dengan tulisanpun dapat pula seseorang bersedekah.”
Kemudian lama kelamaan menulis menjadi ”taamulyaumiyah.” Alhamdulillah Godaan macam-macam datang menimpa. Saya teringat, kala itu ada teman yang duduk di samping dan melihat tulisan saya dia bilang kkok gitu sich tulisanmuu kayak cakar ayam?. Perasaan yang agak malu terpaksa saya pedamkan karena itulah yang dapat saya persembahkan karena dengan adanya sikap yang demikian menjadi sebuah penambah manisnya rintangan yang saya dapatkan di dalam menulis.
Dengan adanya menulis berarti kita telah melakukan sebuah terobosan baru dalam menjalani kegiatan belajar. Dan juga apa yang telah di sampaikan oleh dewan guru saat mengajar bisa menjadi sebuah bahan untuk di kembangkan. Semuanya kita serahkan kepada Allah swt. Menulis sama juga dengan mengajar. Tapi bukan secara langsung. Saya teringat satu tulisan di opini serambi :”penulis adalah guru bagi pembacanya.”
Akh, Apa benar yaaaa????
Wallahu A’lam
Catatan 11 Oktober 2008
Artikel keren lainnya:
2 Tanggapan untuk "Sejarah saya mulai menulis"
tkg bgai mna cih caranya supaya kmi juga bs menulis sprti tgk....
soal@ kmi ju7ga pngn menulis sprti tgk,tp kami tidak tau ap ya hrus kmi tlis....
jd kmi minta motifasi dri tgk....
by onedi
bukan seperti saya tentunya. karena saya tidak bisa menulis juga. tapi apa yang saya tuliskan ini merupakan karunia Allah swt yang di berikan kepada saya. yang penting adalah keinginan untuk menulis....!!
jangan lupa meminta pertolongan kepada Allah swt dengan berdoa karena Allah jualah yang memberikan kesanggupan untuk mampu menulis.
Posting Komentar